Bentrok Di Mega Proyek Eco City, Belasan Siswa Pingsan Terkena Gas Air Mata

Warga membopong seorang siswa SMPN 22 Galang yang kesakitan akibat terkena gas air mata akibat bentrok aparat dan warga di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (7/9/2023). (Dok. Kompas/Pandu Wiyoga)

SWARARAKYAT.COM – Pembangunan Mega Proyek Rempang Eco City, Batam menuai polemik. Masyarakat setempat yang menolak direlokasi melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran.

Demo yang berlangsung sejak beberapa hari itu pun diwargani kericuhan. Puncaknya, bentrokan antar warga dan aparat gabungan tak terhindarkan.

Peristiwa itu terjadi saat petugas hendak melakukan pengukuran lahan terkait proyek Rempang Eco City. Akibat bentrokan itu, sejumlah warga ditangkap dan siswa didua sekolah terkena tembakan gas air mata.

Baca Juga: Minyak Mentah Naik Seiring Ekspektasi Pengetatan Pasokan Minyak Mentah oleh Produsen Utama OPEC

Salah seorang warga Pulau Rempang, Sri Rusmiati (52), mengatakan, bentrokan terjadi setelah ratusan warga menghadang kedatangan aparat gabungan dari Batam di Jembatan Batam-Rempang-Galang (Barelang) IV.

Kedatangan aparat itu untuk mengawal pengukuran lahan terkait dengan proyek Rempang Eco City.

Dari keterangan sejumlah warga, bentrokan terjadi setelah sekitar 1.000 aparat gabungan dan puluhan kendaraan lapis baja merangsek ke arah masyarakat di Jembatan Barelang IV.

Baca Juga: Kritik IKN, Ibas: Proyek Seremonial Anggaran Terlalu Besar

Warga lalu melempari aparat, dan hal itu direspons aparat dengan menembakkan water canon dan gas air mata.

”Saya teriak sambil nangis waktu lihat aparat nyemprot gas air mata ke sekolah. Kacau-balau hati saya lihat anak kesakitan kena gas air mata,” kata Rusmiati.

Baca Juga: Dipicu Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi China, Rupiah Melemah 0,26 Persen

Sekolah yang terkena tembakan gas air mata adalah SMP Negeri 22 Galang dan SD Negeri 24 Galang. Para siswa dua sekolah tersebut berhamburan ke hutan di belakang sekolah setelah kelas mereka penuh dengan gas air mata.

Kepala SMPN 22 Galang Muhammad Nizab mengatakan, sejumlah proyektil gas air mata jatuh hanya beberapa meter dari gerbang sekolah. Akibatnya, gas air mata dengan cepat memenuhi ruang kelas yang saat itu sedang penuh dengan siswa.

”Ada belasan siswa yang pingsan karena gas air mata. Beberapa lainnya juga mengalami luka di kaki akibat lari menerobos semak-semak di hutan,” ujar Nizab.

Bentrokan itu buntut konflik agraria yang terjadi di Pulau Rempang. Konflik itu bermula ketika Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana merelokasi seluruh penduduk Pulau Rempang, yang berjumlah lebih kurang 7.500 jiwa.

Hal itu dilakukan untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang.