SWARARAKYAT.COM – Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan dipertahankan pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember yang akan diumumkan siang ini, Kamis (21//12/2023).
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa BI masih perlu menahan suku bunga acuan sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global dan terkendalinya inflasi di dalam negeri.
“Menurunkan tingkat suku bunga terlalu dini berpotensi memicu arus modal keluar dan mendorong pelemahan rupiah, sedangkan terlambat menurunkan suku bunga acuan dapat menekan daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan sektor riil,” katanya, dikutip Kamis (21/12/2023).
Menurut Riefky, pemilihan waktu untuk menurunkan suku bunga menjadi krusial bagi BI. Pasalnya, Dia menjelaskan bahwa era higher for longer kemungkinan akan berlanjut meski The Fed mengindikasikan adanya potensi penurunan suku bunga acuannya tahun depan.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat pada Rentang Rp15.490 -15.540
“Suku bunga acuan BI saat ini berada pada titik tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir dan memang memberikan BI ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga pada 2024,” katanya.
Namun demikian, Riefky menilai bahwa BI perlu tetap waspada, terutama terhadap langkah yang akan diambil The Fed tahun depan.
Di samping potensi pemangkasan suku bunga The Fed, Riefky mengatakan BI juga perlu memperhatikan risiko dari sisi tekanan inflasi akibat periode Pemilu dan berlanjutnya El-Nino.
Risiko lainnya, yaitu penurunan arus perdagangan seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global dan potensi arus modal keluar akibat ketidakpastian ekonomi global dan tensi geopolitik.
Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan 6%, mempertimbangkan perkembangan eksternal dan internal.
Ryan menyampaikan bahwa bank sentral di negara maju saat ini cenderung menahan suku bunga acuannya sambil menanti tingkat inflasi turun ke target 2%.
Bank sentral negara maju lainnya juga telah mendahului menurunkan suku bunga, menyusul laju inflasi yang sudah mendekati level 2%.
“Diperkirakan pada pertengahan 2024 nanti bank-bank sentral negara maju akan memulai langkah penurunan suku bunga acuan dan kemungkinan besar akan diikuti oleh bank-bank sentral negara berkembang, sesuai dengan perkembangan inflasi yang sudah melandai cukup signifikan,” katanya. (SR/Arum)