Misteri Tongkat Bung Karno, Kini Berada Ditangan Puan

Swararakyatcom – Kisah misteri tongkat Presiden RI pertama, Ir. Soekarno menyeruak kembali usai publik menyaksikan orasi Ketua DPP PDIP, Puan Maharani di acara Apel Siaga Pemenangan Pilpres dan Pileg 2024 di Stadion Jatidiri, Semarang, Jumat (25/8/2023).

Dengan berapi-api, Puan berorasi memberi semangat pemenangan jelang Pemilu. Hingga banyak kader PDIP bergemuruh mengikuti arahan dari Puan. Simak videonya disini:

Pada acara tersebut, Puan menerima tongkat estafet pemenangan Pemilu 2024, baik Pilpres maupun Pileg. Puan mengatakan, tongkat amanat itu diterima dari Bung Karno.

Tongkat itu menurutnya merupakan simbol dari upaya partai dalam melanjutkan cita-cita Presiden Pertama Indonesia itu.

Lantas, seperti apa kisah dan kesaktian tongkat Bung Karno itu? Hal itu bisa terlihat dari foto-foto dan jejak sejarah kemerdekaan Indonesia.

Tongkat itu menjadi simbol penampilan khas Bung Karno disetiap momen tertentu. Ia tampak senantiasa mengapit tongkat komando itu.

Baca Juga: Ketua MUI: Pembangunan Patung Soekarno Mengarah Pengkultusan Satu Pahlawan dan Merendahkan Pahlawan Lain

Menurut cerita yang dilansir dari berbagai sumber, Bung Karno memiliki tiga tongkat yang bentuknya hampir sama. Satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya, dan satu tongkat saat ia berpidato.

Tongkat tersebut juga dikatakan bukan sembarangan, ada dua versi yang menyebutkan kayu bahan tongkat Soekarno. 

Versi pertama menyebutkan, tongkat ini terbuat dari kayu pucangkala, memiliki kesaktian secara alami dan memiliki energi karismatik yang tinggi. Dengan tongkat ini membuat Soekarno lebih berkarisma dan juga berwibawa.

Penulis buku “Soekarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer” Roso Daras, menuliskan, tongkat ini mulai dipakai Bung Karno sejak 1952, tepatnya setelah peristiwa demonstrasi 17 Oktober 1952.

Dibuku itu juga mengulas tentang ketiga tongkat milik Bung Karno.

Versi kedua, kayu yang dibuat sebagai tongkat bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak.

Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan.

Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat.

Di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang. Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas.

Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air.

Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli.

Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa. 

Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan kepada Bung Karno.

“Untuk menghadapi para Jenderal!,”kata orang itu.

Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi Tongkat Komando.

Pada penulis biografinya Bung Karno, ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, Cindy Adams, Bung Karno berkata bahwa tongkat komandonya itu tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih.

“Itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai pemimpin dari sebuah negara besar,” kata Bung Karno kepada Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.

Dalam biografi itu diceritakan, pernah pada suatu saat dalam pertemuannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro.

Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda.

“Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?,” kelakar Castro. (Red)