SWARARAKYAT.COM – Para pedagang di Pasar Tanah Abang merana. Pusat penjualan tekstil terbesar di Indonesia ini sepi ditinggal pembeli. Bahkan sejumlah pedagang terpaksa menutup kios mereka.
Beberapa hari ini, sejumlah kios di Pasar Tanah Abang kosong melompong. Bahkan ada beberapa yang dilabeli dengan stiker “Ditutup sementara”. Kondisi ini terutama banyak ditemukan di Blok G.
Mirisnya di toko yang tutup tersebut tertempel pula surat peringatan dari Pasar Jaya selaku pengelola Pasar Tanah Abang.
Peringatan tersebut berisi pemilik kios menunggak bayar iuran.
“Sebagai tindak lanjut atas surat kami nomor ….. tanggal 04 Juli 2023 hal Peringatan ke-1, dan nomor …… tanggal 21 Juli 2023 hal peringatan ke-2 sampai dengan saat ini Saudara belum membayar/melunasi tunggakan kewajiban Biaya Pengelolaan Pasar (BPP)/atau service charge,” tulis salah satu surat peringatan ke-3 yang tertempel di salah satu toko,” mengutip bunyi surat tagihan yang tertempel tersebut.
Dalam surat itu juga ditulis berapa biaya tunggakan yang belum dibayarkan oleh para pedagang di Pasar Tanah Abang serta cara melunasinya. Ditekankan juga apabila tidak kunjung dibayar, maka toko terancam ditutup permanen oleh pihak pengelola.
Masrul (42 tahun), pedagang sepatu di Blok G Pasar Tanah Abang yang masih bertahan, mengatakan bahwa penjualannya tidak berjalan lancar sehingga mengalami penurunan omzet 60%. Masrul mengaku sudah berjualan selama 15 tahun di Pasar Tanah Abang, dan menurutnya baru kali ini dagangannya anjlok drastis.
“(keadaan saat ini) makin parah, apalagi semenjak ada aplikasi online,” kata Masrul.
Ia juga mengakui, bahwa tidak ada pilihan untuk berjualan di tempat lain. Harga sewa yang mahal serta persaingan yang cukup ketat menjadi alasannya untuk tetap berjualan di Tanah Abang. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa Masrul tidak membuka toko online karena menurutnya pasti kalah bersaing dengan produsen yang sudah memiliki toko online sendiri.
“Kita bukan produksi sendiri, kita bisa kalah (bersaing) kalau ikut jualan di online, apalagi kita kan jual sepatu,” lanjutnya.
Hal ini juga dibenarkan pedagang tas Asmarni (60 tahun). Kegiatan jual beli di Blok G memang sudah hampir mati karena toko-toko, khususnya di bagian dalam banyak yang tutup.
“Kalau di Blok G sini memang sudah tidak ada harapan. Ini sudah seminggu tidak ada pembeli, tapi saya setiap hari tetap di sini,” ujar Asmarni.
Masrul menduga, Pasar Tanah Abang sepi imbas pola belanja masyarakat yang berpindah ke e-commerce.
“Kan banyak barang obral, jadi harganya murah-murah. Sepatu Rp 30 ribu udah dapet, kalau saya kan jual harga normal, soalnya saya juga tidak produksi sendiri, ada biaya karyawan juga. Jadi wajar kalau lebih mahal dari harga e-commerce,” lanjutnya. (red)