SWARARAKYAT.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2024).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan Rabu (25/9/2024) mata uang rupiah fluktuatif. Meski begitu, rupiah berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.130-Rp15.230 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan Senin (23/9/2024) dengan melemah 0,37% atau 55,5 poin ke posisi Rp15.205 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,46% ke posisi 101,18. Sama seperti rupiah, mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan.
Yuan China, misalnya, melemah 0,17%, baht Thailand melemah 0,2%, peso Filipina melemah 0,56%, serta dolar Taiwan melemah 0,23%. Akan tetapi, sejumlah mata uang di kawasan Asia lainnya mengalami pengutan. Yen Jepang, misalnya, menguat 0,25%, dolar Hong Kong menguat 0,06%, serta rupee India menguat 0,04%.
Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan bahwa pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2024 tetap stabil, akibat terjadi pemangkasan suku bunga BI Rate serta Fed Fund Rate (FFR), pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06% secara tahunan atau year on year (YoY).
Baca Juga: Disokong Pemangkasan Suku Bunga BI Rate, Rupiah Menguat ke Rp 15.319
Proyeksi tersebut cenderung stabil dari realisasi kuartal kedua 2024 yang sebesar 5,05 % YoY. Di tengah perkembangan global yang terus dinamis.
Sejalan dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang melakukan pemangkasan FFR sebesar 50 basis poin (bps) pada pekan lalu. Pada saat yang sama, Bank Indonesia mengambil langkah lebih dahulu dari pada The Fed, dengan pemangkasan 25 bps.
“Kita harap dengan tadi perkembangan FFR yang menurun, akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia,” lanjutnya.
Sementara itu, ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan dan semakin membaik. Di mana aliran modal mulai masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
Meski arah kebijakan moneter di negara maju, utamanya AS menunjukkan soft landing, Sri Mulyani tetap akan mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk perkembangan Pemilu di AS yang akan menentukan arah kebijakan.
Adapun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada akhir tahun 2024. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama lalu berada di angka 5,08%.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat seiring dengan mulai berlangsungnya pemangkasan suku bunga acuan, ekonomi mampu tumbuh tetap berada pada rentang 4,7% hingga 5,5%, dengan nilai tengah di angka 5,1%. (SR/Arum)