SENI (Lukis)

 ARJUNA MENYUSUI ANAKNYA

Arjuna adalah seorang manusia. Karenanya, itu termasuk bangsa mamalia tapi Arjuna tidak bisa menyusui anak, karena dia manusia lelaki, sehingga dia tidak memiliki ambing. Tapi Raden Saleh, seorang pioner seni lukis modern Indonesia di zaman kolonial Belanda, pernah menggelar pameran lukisan di istana Belanda dengan tema “Arjuna Menyusui Anaknya”.

Tentu banyak kritik dan tanggapan miring tentang rencana pamerannya. Karena dalam kisah Mahabaratha, Arjuna adalah tokoh lelaki. Tidak kurang A.A.J. Payen, salah seorang gurunya ikut galau, dan mengkritiknya, karena tema tersebut dianggap bisa mendegradasi dunia seni pewayangan. Bahkan para budayawan India khawatir Raden Saleh akan merusak pakem Mahabaratha. “Arjuna itu lelaki, istrinya bernama Subadra. Jika kemudian Arjuna diubah menjadi perempuan apa jadinya? Maka, perkawinan Arjuna dengan Subadra menjadi praktek ‘lesby’. Itu dilarang dalam budaya India” ujar Rajiv Khumar, seorang budayawan India. Tidak heran jika kemudian para budayawan, agamawan dan para filsuf India mengadakan pertemuan darurat untuk membahas tema pameran lukisan Raden Saleh yang mereka anggap sangat kontroversial.

Kesimpulannya, mereka mengecam keras dan menolak penyelenggaraan pameran tersebut. Dan mereka meminta Pemerintah Belanda membatalkan rencana untuk memfasilitasi pameran lukisan tersebut. Tapi Pemerintah Belanda, tetap menyelenggarakan pameran tersebut. Sebagaimana biasanya sebelum pameran dibuka tak seorang pengunjung diperkenankan masuk. Begitu dibuka, maka para pengunjung pun masuk, membanjiri area pameran. Ada beberapa lukisan yang terpampang secara berurutan. Gambar pertama, melukiskan adegan di atas panggung pagelaran “Wayang Wong” (wayang orang). Tampak adegan Arjuna sedang berperang, dikeroyok para raksasa. Adegan berikutnya Arjuna masuk dan selanjutnya di belakang layar Arjuna dan para pemain lain tengah berganti pakaian. Tapi si Arjuna belum sempat ganti baju, karena di sampingnya, di atas dipan tergolek seorang bayi yang tengah menangis. Gambar selanjutnya, Arjuna membopong bayi. Gambar terakhir, dari balik tombong tampak Arjuna menyikapkan baju sambil menyusui bayi. Para pengunjung pun bingung kok Arjuna tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita.

Raden Saleh dengan santai menjelaskan bahwa dalam pertunjukkan “wayang wong” di Jawa, pemeran Arjuna selalu seorang wanita. Jadi seorang seniman yang memerankan Arjuna dalam pagelaran “wayang wong” di Jawa bisa berperan ganda. Jadi wajar bila di atas panggung dia berperan sebagai ksatria, yang siap berperang melawan raksasa, tapi di bawah panggung berperan sebagai seorang ibu yang harus selalu siap menyusui anaknya. Van Houtz, salah seorang intelektual dan akademisi Belanda yang sempat menghadiri pameran lukisan tersebut merasa kagum dan memuji Raden Saleh.

“Saleh adalah seniman yang hebat dan cerdas. Dia mencoba mengangkat logika lokal yang mampu menggoyang logika global. Mahabaratha, adalah karya sastra dari seorang pujangga besar India. Tapi wayang adalah seni adi luhung asli dari tanah Jawa. Silakan orang-orang India menggunakan logika dan perspektifnya terhadap Mahabaratha. Namun orang Jawa akan memiliki logika dan perspektifnya sendiri terhadap seni pewayangan.”

(SUPRIO GUNTORO – Paguyuban Pecinta Wayang Purwa)

Adegan dalam pagelaran wayang orang. Arjuna (kiri) berhadapan dengan raksasa. (Sumber: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id)