Fredi Moses Ulemlem: Melihat Masalah Sopi Sebagai Peluang

Jakarta,SwaraRakyat – Praktisi hukum Fredi Moses Ulemlem meminta pemerintah provinsi Maluku dan Aparat penegak hukum, para pakar hukum, para budayawan dan para pengusaha sampai ke level bawah duduk bersama pikirkan cari solusi tentang sopi, jangan lihat sisi negatifnya, Carikan sisi positifnya dari sisi ekonomisnya dan lindungi sopi sebagai warisan budaya,7/8/2025.

Buat kajiannya, dan lahirkan regulasi untuk menjamin keberada sopi sebagai alat adat khususnya di beberapa daerah di Maluku. Sopi, yang merupakan minuman beralkohol tradisional, sering digunakan dalam berbagai upacara adat sebagai simbol kebersamaan, penyelesaian masalah, atau bahkan sebagai bagian dari ritual penyambutan tamu dan perdamaian.

Mengubah sopi yang negatif menjadi nilai ekonomis adalah proses seperti mengubah masalah, limbah, atau situasi yang dianggap tidak menguntungkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi, baik itu produk, jasa, atau solusi. Ini harus melibatkan kreativitas, inovasi, dan pemikiran kita yang strategis untuk melihat potensi tersembunyi dalam hal-hal yang biasanya diabaikan atau dianggap negatif.

berpikir negatif tidak akan membawa perubahan positif Sebaliknya, pikiran negatif cenderung memperburuk situasi dan menghambat kemajuan.
Tanpa adanya upaya untuk mengubah perspektif atau tindakan dari negatif menjadi positif, perubahan yang diinginkan tidak akan terjadi.

Oleh karena itu pentingnya berpikir positif untuk mengubah sesuatu yang negatif menjadi nilai ekonomis seperti sopi yang terus dipermasalahkan, untuk itu diperlukan mindset positif dan kreativitas untuk melihat peluang di tengah masalah.

Mengatasi tantangan sopi melihat masalah sopi sebagai peluang untuk inovasi dan solusi baru.
Menemukan solusi yang kreatif, berpikir di luar kotak untuk menciptakan produk atau layanan yang unik dan bernilai. Membangun ketahanan, tetap optimis dan termotivasi dalam menghadapi rintangan. Menciptakan dampak positif, memberikan solusi untuk masalah lingkungan atau sosial sambil menghasilkan nilai ekonomi.

Kita terlalu kebanyakan debat akibatnya miskin literasi karena yang dilihat adalah hal negatif,” terlalu sering terlibat dalam debat, terutama yang berfokus pada hal-hal negatif, itu justru menimbulkan masalah baru dalam pemikiran, sehingga sulit menemukan solusi ditengah tantangan.(u-eam)