Oleh: Ryo Disastro
Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa besar dalam sejarah umat Islam yang sarat makna dan penuh dengan pelajaran spiritual. Perjalanan ini mengisahkan perjalanan Baginda Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra’), lalu dilanjutkan menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh untuk menerima perintah shalat (Mi’raj). Meski terdengar fantastis, peristiwa ini memuat banyak hikmah, perdebatan, dan keterkaitan dengan sains modern, seperti teori relativitas Einstein.
Sejarah dan Kontroversi
Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun-tahun berat dalam kehidupan Baginda Nabi Muhammad SAW, tepatnya setelah wafatnya dua orang tercinta, Sayyidah Khadijah Al Kubro dan Pamanda Nabi, Abu Thalib.
Dalam kondisi kesedihan mendalam, Allah SWT menghibur Nabi dengan perjalanan luar biasa ini, seperti tertuang dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 1: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa…”
Sejak awal, peristiwa ini memicu perdebatan. Sebagian ulama dan cendekiawan meyakini bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan fisik, sedangkan sebagian lainnya menyatakan itu adalah perjalanan spiritual (non-fisik).
Imam Ja’far Ash-Shadiq menjelaskan bahwa Allah Mahakuasa dan mampu memperjalankan Nabi-Nya secara fisik. Dalam kitab “Bihar al-Anwar,” Imam Ja’far menyebutkan bahwa Allah menciptakan dimensi-dimensi yang tidak terbatas bagi hamba-Nya untuk memahami kebesaran-Nya.
Di sisi lain, pandangan metaforis menyatakan bahwa perjalanan ini adalah pengalaman ruhani Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan bahwa dimensi spiritual manusia tak terbatas. Dalam konteks ini, pengalaman Mi’raj menjadi simbol kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya
Keterkaitan dengan Teori Relativitas Einstein
Isra’ Mi’raj juga dapat didekati melalui kacamata ilmiah, khususnya teori relativitas Einstein. Dalam teorinya, Einstein menjelaskan bahwa ruang dan waktu tidak absolut, melainkan relatif. Dengan konsep “folding space and time” (pelipatan ruang dan waktu), perjalanan dalam dimensi yang berbeda dapat memungkinkan seseorang berpindah jauh dalam waktu singkat.
Hal ini selaras dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan melintasi jarak yang luar biasa jauh hanya dalam satu malam. Meski teori ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan Isra’ Mi’raj, ia menunjukkan bahwa fenomena semacam itu tidak sepenuhnya mustahil dalam kerangka fisika modern.
Sejarawan Dunia yang Membahas Isra’ Mi’raj
Beberapa sejarawan dan cendekiawan non-Muslim turut meneliti peristiwa Isra’ Mi’raj. Di antaranya adalah Montgomery Watt, seorang orientalis yang mengakui bahwa kisah ini sangat memengaruhi spiritualitas dan keberanian Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam. Watt menyebut Isra’ Mi’raj sebagai salah satu momen penting yang memperkuat misi kerasulan Muhammad SAW.
Sementara itu, Karen Armstrong, dalam bukunya “Muhammad: A Prophet for Our Time,” menganggap Isra’ Mi’raj sebagai simbol transformasi spiritual. Armstrong berpendapat bahwa perjalanan ini memperlihatkan kekuatan iman yang mampu menembus batas-batas manusiawi.
Hikmah
Isra’ Mi’raj mengajarkan banyak hikmah bagi umat Islam. Pertama, perintah shalat sebagai hasil dari perjalanan ini menunjukkan pentingnya hubungan langsung antara manusia dengan Allah SWT. Shalat menjadi cara bagi umat Islam untuk “naik” secara spiritual, seperti Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Kedua, Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa kesulitan dan kesedihan adalah bagian dari kehidupan, tetapi selalu ada pertolongan Allah SWT bagi mereka yang bersabar dan beriman. Nabi Muhammad SAW mengalami ujian berat sebelum perjalanan ini, namun Allah memberikan hiburan luar biasa sebagai tanda kasih-Nya.
Ketiga, Isra’ Mi’raj mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT yang melampaui batas logika manusia. Hal ini memotivasi umat Islam untuk terus meningkatkan keimanan dan menggali pengetahuan, baik spiritual maupun ilmiah.
Isra’ Mi’raj bukan sekadar cerita atau mitos, melainkan sebuah peristiwa bersejarah yang membawa banyak pelajaran. Ia menyatukan aspek spiritual, teologis, dan bahkan ilmiah, menunjukkan bahwa Islam selalu relevan di berbagai zaman. 0F
Sebagai umat Islam, kita dapat mengambil inspirasi dari perjalanan Baginda Nabi Muhammad SAW ini untuk memperkuat iman, meningkatkan kualitas ibadah, dan menghadapi kehidupan dengan penu
xh harapan. Wallahu a’lam bishawab.(*)
