Mesin Politik PKN Dihidupkan di Bali: Anas Urbaningrum Dan GPS Jadi Penggerak Kebangkitan Nusantara

Denpasar,SwaraRakyat.com – Di Pulau Dewata yang menjadi simpul persilangan peradaban Nusantara, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) menancapkan tonggak konsolidasi politik nasional. Dua tokoh sentral PKN, Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Ketua Majelis Agung Gede Pasek Suardika (GPS). menjadi pusat energi dalam Workshop Nasional Anggota DPRD PKN se-Indonesia di Four Stars Hotel by Trans, Bali, 26–28 November 2025.

Acara yang menghimpun para legislator PKN dari berbagai penjuru tanah air ini menunjukkan bahwa duet Anas–GPS bukan hanya memimpin, tetapi menggerakkan arus kebangkitan politik baru ala Nusantara.

Dalam suasana hangat khas Bali, Anas membuka workshop dengan pidato yang membakar semangat seluruh peserta. Ia menegaskan bahwa PKN lahir bukan untuk menjadi penonton, tetapi pemain utama politik Indonesia di era baru.

“Kita adalah partai muda. Tetapi kemudaan itu bukan kelemahan,itu momentum besar. Momentum untuk membentuk PKN sebagai rumah baru politik Indonesia yang relevan bagi masa depan bangsa,” tegas Anas.

Sebagai simbol, Anas menyandingkan lokasi acara dengan filosofi kebangkitan:

  • BALI: Berani – Aksi – Lanjutkan Inisiatif,
  • Four Stars Hotel: melambangkan empat tahun PKN sebagai fondasi menuju tahun emas PKN di 2029.

Ia mengingatkan seluruh anggota DPRD PKN bahwa tugas mereka bukan hanya administratif, tetapi strategis untuk menancapkan pengaruh PKN di akar kekuasaan daerah dan mengantar partai menuju panggung besar nasional.

“Tantangan hanya jalan menuju peluang. Dan peluang itu bernama 2029,” ujar Anas disambut tepuk tangan peserta.

Jika Anas adalah nahkoda strategi, maka Gede Pasek Suardika adalah arsitek ideologis dan teknokrat yang memastikan kapal PKN bergerak tepat arah. GPS tampil sebagai pemateri inti, menyajikan kurikulum teknis yang mengokohkan karakter legislator PKN.

Ia menegaskan tiga syarat utama kader PKN:

  • bersih dalam integritas,
  • berani mengambil sikap,
  • tajam membaca persoalan publik.

GPS menekankan bahwa DPRD harus menjadi ruang perjuangan, bukan ruang stempel.

“Legislator PKN bukan pelengkap. Kita hadir untuk mengimbangi eksekutif dan menjadi penjaga tata kelola daerah. Itu harga mati,” tegas GPS.

Materi GPS menata ulang cara pandang kader: politik bukan hanya bicara kekuasaan, tetapi pengabdian Nusantara yang berbasis kompetensi dan kehormatan.

Keduanya membangun harmoni kepemimpinan unik:

  • Anas Urbaningrum – konseptor nasional, pengendali arah masa depan partai.
  • Gede Pasek Suardika – penggerak internal, penata kualitas dan disiplin kader.

Sinergi keduanya membentuk apa yang peserta sebut sebagai “Rumus Bali”:
strategi + ideologi + organisasi = mesin politik 2029.

Kurikulum workshop memperkuat basis kader melalui:

  • pendalaman Trias Politika,
  • penguatan fungsi pengawasan,
  • tata kelola aspirasi publik,
  • hingga manajemen reses yang berbasis kebutuhan nyata masyarakat.

Meski belum memiliki kursi DPRD di Bali, PKN justru memilih Bali sebagai titik loncatan konsolidasi nasional. Bukan karena faktor elektoral semata, tetapi karena Bali adalah:

  • ruang simbolik Nusantara,
  • titik tengah pertemuan budaya,
  • tempat ideal membangkitkan energi baru PKN.

Dari Bali, PKN mengirimkan pesan keras:
Partai ini sedang mengumpulkan kekuatan, merapikan barisan, dan menyiapkan diri menjadi kekuatan alternatif besar pada 2029.

Dengan kepemimpinan Anas Urbaningrum yang visioner dan Gede Pasek Suardika yang presisi mengelola organisasi, PKN tampil sebagai partai yang memadukan energi muda, disiplin kader, dan semangat kebangkitan Nusantara.

Konsolidasi Bali bukan sekadar agenda internal.
Ia adalah deklarasi diam namun kuat bahwa PKN sedang menatap 2029 dengan kesiapan penuh.

Duet Anas–GPS kini menjadi iconic leadership PKN,penghela zaman, pembuka jalan bagi bangkitnya kekuatan baru politik Indonesia.(sang)