Gaza, Swararakyat.com – Situasi di Gaza kian memburuk seiring operasi darat besar-besaran Israel yang kini menargetkan Gaza City. Ribuan warga sipil terjebak di tengah pertempuran, komunikasi terputus, dan jalur bantuan kemanusiaan tertutup.

Reuters melaporkan Israel mengerahkan tank dan artileri untuk menekan kantong pertahanan terakhir Hamas. “Israel membuka jalur evakuasi baru selama 48 jam bagi warga Gaza City untuk melarikan diri ke selatan, sementara tank-tank bergerak lebih dalam,” tulis Reuters (17/9/2025). Namun, Al Jazeera mencatat banyak warga menolak meninggalkan rumah karena “tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza.”

Jaringan telekomunikasi di Gaza utara juga terputus, membuat warga kesulitan berkoordinasi untuk evakuasi. AP News menyebut pemadaman komunikasi ini “memperdalam isolasi warga dan memutus akses informasi dari lapangan.”
Krisis kemanusiaan kini mencapai puncaknya. PBB memperingatkan bahwa pasokan makanan dan bahan bakar di Gaza utara akan habis dalam beberapa hari. “Risiko kelaparan massal nyata, terutama bagi anak-anak dan lansia,” ujar UN OCHA (17/9/2025). Rumah sakit juga kewalahan. ABC News melaporkan generator di beberapa rumah sakit utama hampir kehabisan bahan bakar sehingga pasien kritis dan bayi di inkubator berada dalam ancaman kematian.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 65.000 korban jiwa sejak perang pecah pada 2023. The Guardian melaporkan arus pengungsian besar-besaran dari Gaza City menuju selatan, yang memicu kepadatan di penampungan darurat.
“Setiap hari kami kehilangan tetangga, keluarga, dan teman. Kami tidak tahu apakah besok kami masih hidup,” kata seorang warga Gaza kepada Al Jazeera.
Tekanan internasional terus meningkat. AP News melaporkan Komisi Eropa mengusulkan sanksi perdagangan terhadap Israel dan pembekuan sebagian perjanjian perdagangan bebas. Jepang, Malaysia, dan Indonesia juga mengecam eskalasi. “Operasi darat berskala penuh hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan,” ujar Menteri Luar Negeri Jepang, dikutip Nippon.com.
Komisioner Tinggi HAM PBB Volker Türk menegaskan, “Kekerasan ini harus dihentikan. Perlindungan warga sipil adalah kewajiban di bawah hukum humaniter internasional.”
Hingga kini, gencatan senjata belum tercapai. Gaza tetap menjadi “penjara terbuka” dengan 2,3 juta penduduk yang sebagian besar tidak memiliki tempat aman untuk berlindung. (*)