Penulis : Salvera Yulina, S.Pd.Gr
Perubahan kurikulum di Indonesia kembali mencuat setelah adanya pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, yang mengutarakan mengenai rencana penerapan Kurikulum Deep Learning. Benarkah demikian? Simak penjelasannya berikut ini.
Saat ini Indonesia masih menerapkan Kurikulum Merdeka dan sebagian kecil di sekolah pun masih menerapkan kurikulum 2013 atau sering disebut K13. Implementasi Kurikulum Merdeka dimulai sejak tahun 2021 hingga saat ini. Kurikulum Merdeka ini sejak diterapkan sudah menimbulkan Pro dan kontra.
Berbagai macam respons disampaikan pendidik, tenaga kependidikan, maupun orang tua siswa. Oleh karena itu, tak sedikit yang berharap agar Kurikulum Merdeka dihapus karena dianggap tidak kontekstual atau tidak sesuai dengan kondisi pendidikan di Indonesia.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, masih terus mengkaji kurikulum pendidikan yang tepat dan akan diterapkan di Indonesia. Di sisi lain, Mu’ti juga sempat memunculkan gagasan tentang model deep learning atau pembelajaran mendalam.
Kurikulum ini dirancang untuk menggabungkan tiga elemen kunci diantaranya siswa belajar secara lebih sadar (mindful learning), bermakna (meaningful learning), dan menyenangkan (joyful learning). Mendikdasmen menyampaikan bahwa Deep learning bukan kurikulum tetapi suatu pendekatan belajar. Beliau membantah kabar yang beredar bahwa deep learning ini akan menjadi pengganti Kurikulum Merdeka.
Kemendikdasmen hingga saat ini menegaskan belum ada putusan perubahan kurikulum baru untuk Pendidikan di Indonesia. Rencana transformasi Kurikulum Merdeka menuju Deep Learning bukanlah upaya untuk menggantikan pencapaian sebelumnya, melainkan memperkuat fondasi yang telah ada.
Kurikulum ini bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang tidak hanya mendalam tetapi juga kontekstual. Pendekatan belajar ini dirancang untuk membantu siswa memahami konsep secara mendalam sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi tantangan nyata dengan kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
Deep Learning berakar pada teori konstruktivisme, yang menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan melalui eksplorasi, kolaborasi, dan refleksi. Deep learning mampu menumbuhkan perasaan yang kuat pada siswa, kreativitas, kemampuan sosial, dan pemahaman akan berbagai nilai. Nilai-nilai seperti gotong royong, kebhinnekaan, dan toleransi yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum.
Di dalam Deep Leraning juga terdapat integrasi teknologi dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan kecerdasan digital siswa sesuai dengan kebutuhan abad ke-21. Melalui pendekatan ini, siswa dapat belajar memahami teknologi tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai inovator. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam kurikulum ini berpotensi menciptakan kesetaraan Pendidikan.
Sehingga siswa di daerah terkategori 3T (Tertinggal, Terdalam, dan Terluar) dapat menikmati kualitas pendidikan yang setara dengan siswa di perkotaan. Deep Learning bukan sekadar perubahan teknis dalam pendidikan, tetapi sebuah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat mempersiapkan generasi muda yang kompetitif, kreatif, bermartabat, dan berkarakter sehingga masih relevan dengan kurikukum saai ini.
Keberhasilan implementasi kurikulum ini membutuhkan komitmen bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat. Dengan demikian, jika diterapkan dengan perencanaan yang matang, pendekatan belajar Deep Learning dapat menjadi tonggak baru dalam sejarah pendidikan Indonesia.
Kurikulum yang ada sat ini tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta pendekatan belajar deep learning diharapkan berkontribusi dalam pendidikan Indonesia serta sesuai dengan jargon Pendidikan saat ini yaitu “Guru Hebat, Indonesia Kuat”.(*).