SWARARAKYAT.COM, Jakarta – Petani di berbagai daerah masih menghadapi tantangan dalam memasarkan hasil panennya. Tengkulak yang dominan sebagai perantara kerap membuat petani tidak mendapatkan harga yang adil. Hal ini menjadi salah satu poin utama dalam webinar Desa Membangun Indonesia yang digelar pada 7 Maret 2025 yang lalu oleh Barisan 8 Center (B8C) dan Kelompok Kerja (Pokja) Pangan Cendekia Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang didukung oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri Desa PDT, Ahmad Riza Patria dan memberikan Keynote Speech. Dalam Keynote Speech, beliau menyampaikan bahwa Kemendes telah mencanangkan 12 rencana aksi, termasuk konsolidasi program lintas kementerian agar pembangunan desa lebih terarah dan memberikan manfaat maksimal. “Keberhasilan pembangunan desa memerlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, media, dan tokoh masyarakat,” ujarnya.
Masih dalam kesempatan yang sama, hadir juga Andrio Caesario sebagai Ketua Umum Barisan 8 Center (B8C). Beliau menyampaikan bahwa untuk menuju Indonesia Emas, penting untuk mengubah pandangan bahwa masyarakat desa tidak memiliki peran dalam pembangunan. Justru sebaliknya, desa memiliki potensi besar untuk menjadi contoh pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan kreativitas. “Dengan semangat gotong royong, kader-kader B8C dihimbau untuk terus bersinergi dengan pemerintah, khususnya Kemendes, agar program-program ini dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat luas.”, tambahnya.
Ketua Umum ICMI, yaitu Prof. Arif Satria turut memberikan materi. Beliau menyampaikan bahwa desa memiliki potensi besar untuk berkembang jika diberikan akses yang tepat terhadap inovasi, teknologi, dan pasar. Keberhasilan intervensi berbasis riset dan inovasi membuktikan bahwa masyarakat desa mau berubah dan beradaptasi jika diberikan kesempatan. “Tugas kita adalah memberikan jalan agar para petani terus bergerak yang mengarah kepada kemajuan.” pungkasnya.
Rhesa Yogaswara sebagai Ketua Pokja Pangan Cendekia ICMI mengatakan bahwa Kemitraan multipihak dalam ekosistem pangan menjadi kunci utama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. “Dengan konsep koperasi desa, kontrak farming, dan desa terintegrasi, diharapkan kesejahteraan petani meningkat dan akses pangan berkualitas bagi masyarakat luas dapat tercapai.” katanya di akhir sesi.
Dalam diskusi tersebut, disampaikan juga bahwa salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah membentuk koperasi. Dengan koperasi, petani bisa lebih mandiri dan berperan sebagai pengusaha tani, bukan sekadar produsen yang bergantung pada tengkulak.
Selain permasalahan pemasaran, webinar ini juga menyoroti efektivitas Dana Desa dalam mendukung ketahanan pangan. Meskipun dana yang dialokasikan mencapai Rp 4,7 triliun, banyak program yang dinilai belum berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang lebih ketat agar program-program yang dibiayai benar-benar bermanfaat bagi masyarakat desa dalam jangka panjang.
Dari sisi kebijakan, webinar ini juga membahas pentingnya sinkronisasi antara pemerintah dan desa dalam pengembangan sektor pangan. Salah satu langkah yang sudah berjalan adalah kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes) dalam digitalisasi desa. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan akses petani terhadap informasi pasar, teknologi pertanian, serta permodalan berbasis digital.
Untuk memastikan keberlanjutan program, diperlukan sinergi antara pemerintah dan berbagai organisasi. Dalam hal ini, Brigade Pangan Cendekia (B8C) akan berperan aktif dalam mendampingi petani, khususnya di Bengkulu, agar hasil panen mereka terserap dengan lebih baik. Selain itu, evaluasi pemanfaatan Dana Desa juga menjadi prioritas agar program yang dijalankan benar-benar berorientasi pada kesejahteraan petani.
Di sisi lain, model contract farming juga menjadi salah satu solusi yang diusulkan untuk mendukung permodalan petani. Dengan skema ini, petani dapat menyesuaikan jenis produksi dengan kebutuhan pasar, sehingga risiko kelebihan produksi yang tidak terserap dapat dikurangi.
Tantangan lain yang dihadapi petani, terutama di daerah seperti Buton Utara, adalah sulitnya akses air dan terbatasnya pasar untuk produk organik. Oleh karena itu, akan dilakukan kajian lebih lanjut untuk mencari solusi yang tepat dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.
Webinar ini menegaskan bahwa membangun desa tidak bisa dilakukan secara terpisah. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak agar sektor pertanian dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat pedesaan.(***)