Opini  

Penghianatan Dunia Pendidikan Terhadap Pemiliknya

Ahmad Gazali

Penulis:  Ahmad Gazali, Praktisi Bioteknologi NT45

Dalam pikiran saya dunia pendidikan adalah alat untuk memanusiakan manusia atau menjadikan manusia yang berperadaban atau beradab.Bukan sebaliknya. Tugas alat ini mencerdaskan kehidupan pemiliknya. Mentransfer pengetahuan-pengetahuan baru dan alih teknologi kepada pemiliknya yang akan dimanfaatkan untuk memudahkannya dalam pekerjaan, mensejahterakan lahir dan batin.

PENGKHIANATAN dunia pendidikan terhadap pemiliknya alat ini berubah menjadi bumerang. Dunia pendidikan tinggi kita kata Satryo Arismunandar Brojonegoro Menteri Pendidikan Tinggi, Sains & Teknologi di hadapan DPR-RI  kehilangan roh. Roh pendidikan tinggi ini yang diupayakan dikembalikan.

Menstransfer pengetahuan dan alih teknologi kepada pemiliknya tentu dari hasil kajian akademis dikawinkan dengan hasil penelitian dan diterapkan sebagai contoh yang akan diduplikasi oleh pemiliknya.   Kalau masyarakat pemiliknya dinamis alternatif dan inovasi maka hasilnya akan berlipat ganda. Satu diberikan dan dua tiga hasilnya. Sebaliknya dalam masyarakat statis: 10 diberikan belum tentu satu diperoleh.

Bagaimana kalau di dunia pendidikan tinggi pertanian masih buta teknologi pertanian tentu belum mungkin alih teknologi kepada pemiliknya. Dilain pihak tentu ada masyarakat yang telah menemukan teknologi pertanian dan dijalankan secara terbatas.

Atas temuan masyarakat ini hendaknya pemerintah merangkul mereka agar perguruan tinggi pertanian tidak buta teknologi pertanian.

Karena dari perguruan tinggi kita tidak banyak menghasilkan teknologi baru. Yang ada jadi tukang bengkel dan operator teknologi yang sudah  ada bukan ciptaan atau temuan perguruan tinggi kita.

Termasuk kita pertanyakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Teknologi apa yang telah diterapkan pada masyarakat? Tentu kita tidak dapat menyalahkan pihak manapun karena pendidikan hanya bertugas memajukannya, Kita juga masih perlu penjelasan roh pendidikan seperti apa yang mau dikembalikan.

Yang jelas Sistem Pendidikan Nasional sebagai pemandu mesti dirancangbangun sesuai hirarkhi ilmu perencanaan.Segala sesuatu yang tidak dirancang secara matang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Ulama Besar

Perguruan Tinggi Agama khusus Agama Islam misalnya kenapa tidak melahirkan ulama – ulama besar? Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebutkan memang terputus antara tujuan pendidikan tinggi dengan apa yang dibutuhkan masyarakat atau pemilik pendidikan sejak lama.
Ke depan program aksi moderasi beragama memegang peranan penting.
Nasaruddin Umar betul karena kebudayaan itu mesti diperbaiki/diperbarui terus menerus sepanjang hayat dikandung badan.

Ayat-ayat Alquran itu Ilmu milik Allah SWT. Tiba di manusia jadi pengetahuan atau teori. Teori dipraktekkan bimbingan guru.Apa yang dilakukan dengan syariat itu kita beri nama adat. Rukun shalat adalah syariat dan melakukan shalat adalah adat.

Dosa besar bagi kita mengajarkan pada orang lain apa yang tidak kita lakukan. Kita disuruh mengajarkan yang Haqulyakin atau apa yang telah kita kerjakan bukan Ainulyakin apa yang telah kita lihat atau teliti maupun Ilmulyakin.

Kesemuanya itu masih tanda tanya besar bagaimana pemerintahan 5 tahun kedepan 2024-2029 mengelola nya.  Sebab banyak kepentingan melingkupinya.. Perusahaan asing yang banyak di negeri kita memerlukan tenaga buruh murah.

Aparatur Sipil Negara (ASN) perlu digaji murah sebab masih melekat sistem buruh zaman penjajah. ASN kata lain dari buruh. Sepuluh tahun lalu nasi bungkus di rumah makan menengah Rp 8.000-Rp 10.000. Kini Rp 22.000- Rp 25.000. Bandingkan kenaikan gaji ASN 10 tahun belakangan ?
Tentu tidak semua jadi buruh apapun istilahnya.

Sebagian jadi peneliti, ilmuan yang kita prihatinkan adalah kita menjadi buruh/budak di negerinya sendiri yang terkenal kaya sumber daya alam, sumber mineral .Padahal alat itu dunia pendidikan itu kita biaya 20 persen dari APBN. Inilah yang kita katakan bumerang senjata makan tuan.

Masyarakat sejak awal mesti ikut memperhatikan.mengkritisi.atau memberi masukan kepada pengambil kebijakan. Katakan yang benar itu benar, yang salah itu salah, katakan secara baik-baik dan beri jalan keluar.

Dengan memenuhi kriteria kritik ini siapapun bisa menerima.
Intinya bagaimana dunia pendidikan tidak lagi mengkhianati pemiliknya ke depan. Hanya keledai yang boleh masuk ke dalam satu lubang atau lubang yang sama, manusia tidak. (***)