Peternak Blitar Merugi Akibat Harga Telur Anjlok

SWARARAKYAT.COM – Para peternak di Kabupaten Blitar merugi akibat harga telur mengalami penurunan terus-menerus. Para peternak mengalami kerugian mencapai Rp.200 ribu per hari setiap 1000 ekor ayam petelur.

Menurut Yasin, salah satu peternak yang tergabung dalam Gerakan Peternak Rakyat Indonesia (Gaprindo), mengatakan para peternak saat ini mengalami kerugian karena harga telur yang jatuh ke harga kisaran 19 ribu rupiah.

Padahal kata dia, para peternak bisa balik modal saat harga telur berkisar antara 23 ribu. Namun sudah hingga seminggu ini harga turun dikisaran 19 ribu rupiah.

“Para peternak saat ini merugi karena harga telur yang turun di harga 19 ribu. Selain itu saat ini kenaikan harga jagung menambah kerugian peternak bertambah,” kata Yasin.

Baca Juga: IHSG Dibuka pada Level 6.958 dan Melesat Hingga Level Tertingginya di 7.007

Kerugian peternak ini semakin bertambah saat harga jagung juga ikut naik. Jika semula harga jagung 5500 rupiah per kilo, saat ini mencapai 6200 rupiah per kilo.

“Harga jagung saat ini juga mengalami kenaikan, kenaikan mencapai 700 rupiah per kilo nya. Dari 5500 rupiah menjadi 6200 rupiah perkilo,” tambahnya.

Yasin menambahkan, selain harga telur turun dan juga harga jagung yang naik. Kondisi cuaca dingin juga mempengaruhi turunnya produksi telur.

Baca Juga: Ingin SMKN Jateng Diterapkan Nasional, Jokowi Perintahkan Mendikbud Lakukan Kajian

Disisi lain, salah satu pedagang telur di Jabodetabek yang tidak mau di sebutkan namanya menyarankan, agar para peternak skala populasi besar kalau masuk ayam baru harus diimbangi dengan yang diafkir.

“Kemungkinan (jika diafkir) harga tidak seperti ini,” ujarnya.

Menurut sumber itu, dampak dari ayam tua yang belum diafkir, sehingga telor besar menumpuk.

“Biasanya kalo di Pasar rakyat disebut telur Dinosaurus/Jumbo dan itu sangat susah di jual di pasar rakyat. Jadi wajar kalo harga di Blitar sebagai barometernya harga seluruh nusantara di angka 18 ribu-19 ribu,” tutupnya. (Red)