Oleh: Yudhie Haryono | Rektor Universitas Nusantara
Cara terbaik melawan rezim uang, projek kurs dan mazhab devisa bebas adalah “menciptakan sistem pembayaran” independen.
Tentu ini tindakan subversif, jenius dan revolusioner. Bagaimana memahaminya? Mari kita kulik satu per satu. Pelan saja sebab ini bacaan berat.
Pasar bebas telah menang. Ideologi lain mampus. Setelahnya, para neoliberian menyusun road map baru. Sebuah peta jalan agar seluruh dunia beriman bahwa “uang segalanya” dan tanpanya kita paria. Lalu, manusia digiring untuk menuhankannya. Keuangan yang maha kuasa itu kredonya. Uang dan sistem keuanganlah kini agama semesta.
Mereka yang punya banyak harta, sepanjang tak punya uang, disebut miskin. Mereka yang punya banyak uang, sepanjang tak menggunakan sistem keuangan (kurs bebas, devisa bebas), disebut tak ilmiah serta tak bisa diterima.
Maka, lahirlah kurikulum sistem pembayaran tunggal yang memungkinkan transaksi keuangan antara dua pihak atau lebih, baik itu individu, bisnis, atau bank dengan uang. Kata kuncinya ganda: uang dan u(t)ang.
Sistem pembayaran ini memfasilitasi transfer dana dari satu akun ke akun lainnya, sehingga memungkinkan transaksi ekonomi berjalan lancar. Tetapi, ada agenda tersembunyi yang tak dipahami publik. Agendanya adalah: prospeksi, eksplorasi, eksploitasi, hilirisasi, dominasi, dan komodifikasi.
Komponen dari sistem pembayaran modern adalah cash, kartu kredit, kartu debit, cek, dan uang elektronik. Jaringannya berupa jaringan kartu kredit, jaringan ATM, dan jaringan pembayaran online. Lembaga keuangannya adalah bank, non-bank atau perusahaan pembayaran. Teknologinya adalah online, mobile payment, dan blockchain.
Fungsi sistem pembayaran adalah memfasilitasi transaksi keuangan antara dua pihak atau lebih; mengurangi risiko kehilangan atau pencurian uang; meningkatkan efisiensi transaksi, sehingga lebih cepat dan lebih mudah.
Bermacam jenis sistem pembayaran yang dikembangkan adalah pembayaran tunai; online; mobile (hp), non-tunai; dll.
Singkatnya, manusia modern hanya hidup dari uang, u(t)ang dan sistem yang mereka ciptakan. Padahal, dalam sejarahnya ada sistem pembayaran lainnya seperti “barter.”
Ini adalah sistem transaksi di mana barang atau jasa ditukar langsung dengan barang atau jasa lainnya tanpa menggunakan uang sebagai perantara. Transparansi dan kejujuran, itu prinsipnya.
Dalam sistem barter, nilai barang atau jasa yang ditukar ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Konsensus itu teorinya.
Kelebihan sistem barter ini tentu saja lebih manusiawi; menghemat uang; meningkatkan efisiensi dan sulit lahirnya dominasi rezim uang dan perekonomian u(t)ang. Sistem ini lebih demokratis dan mampu membunuh rezim utang yang brutal dan kolonial.(*)













