Apa Itu Sistem “Electoral College” Yang Digunakan Pemilu AS?

SWARARAKYAT.COM, Jakarta – Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang sedang berlangsung, hari ini (6/11/2024) menjadi perhatian global, terutama karena menggunakan sistem pemilihan yang unik dan berbeda dari kebanyakan negara, termasuk Indonesia.

Jika di Indonesia suara terbanyak (popular vote) langsung menentukan pemenang, di Amerika Serikat terdapat sistem yang disebut “Electoral College”.

Sistem ini melibatkan perwakilan yang dikenal sebagai “electors” untuk menentukan presiden, dan inilah yang membuat pemilihan di AS begitu khas.

Apa Itu Electoral College?

Sistem Electoral College adalah mekanisme pemilihan presiden yang telah digunakan AS sejak pemilihan umum pertama. Total terdapat 538 electors yang tersebar di 50 negara bagian dan Distrik Columbia (Washington D.C.).

Setiap negara bagian memiliki jumlah electors yang berbeda-beda, bergantung pada jumlah penduduk dan perwakilan mereka di Kongres.

Untuk memenangkan pemilihan presiden, seorang kandidat harus memperoleh minimal 270 suara dari electoral votes yang ada.

Jumlah electors di setiap negara bagian dihitung berdasarkan gabungan jumlah anggota House of Representatives (berdasarkan populasi) dan dua senator yang mewakili setiap negara bagian.

Misalnya, negara bagian dengan populasi besar seperti California memiliki 55 electoral votes, sementara negara bagian kecil seperti Wyoming hanya memiliki 3 electoral votes.

Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa negara bagian dengan jumlah penduduk besar memiliki suara yang lebih besar tetapi tetap memberikan peluang bagi negara bagian kecil untuk berperan.

Proses Pemungutan Suara dan Peran Popular Vote

Pada hari pemilihan, masyarakat Amerika Serikat memberikan suara untuk memilih presiden. Namun, hasil suara populer ini tidak langsung menentukan pemenang.

Sebaliknya, suara rakyat di setiap negara bagian ini menentukan bagaimana electors dari negara bagian tersebut akan memberikan suaranya di Electoral College.

Sebagian besar negara bagian menganut sistem “winner-takes-all”, yang berarti kandidat dengan suara terbanyak di suatu negara bagian mendapatkan seluruh electoral votes dari negara bagian itu.

Namun, ada pengecualian pada negara bagian seperti Maine dan Nebraska yang membagi electoral votes berdasarkan hasil di distrik-distrik pemilihannya.

Misalnya dua kandidat, Donald Trump dan Kamala Harris, bersaing di negara bagian Florida yang memiliki 29 electoral votes. Jika Trump berhasil meraih suara populer terbanyak di Florida, maka dia akan mendapatkan seluruh 29 suara elektoral negara bagian tersebut.

Skenario serupa akan terjadi di negara bagian lainnya, hingga akhirnya kandidat yang pertama kali mencapai 270 suara elektoral akan dinyatakan sebagai pemenang.

Namun, sistem ini memungkinkan situasi di mana seorang kandidat bisa memenangkan popular vote nasional namun kalah di Electoral College, seperti yang terjadi pada pemilihan tahun 2016. Itulah salah satu aspek unik dan kontroversial dari sistem pemilihan presiden di AS.

Mengapa Amerika Serikat Menggunakan Electoral College?

Penerapan Electoral College bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara populasi negara bagian besar dan kecil, serta mencegah dominasi suara hanya dari beberapa wilayah padat penduduk.

Meski banyak kritik terhadap sistem ini, terutama karena tidak selalu mencerminkan keinginan mayoritas, Electoral College tetap menjadi bagian integral dari pemilihan presiden AS dan dianggap sebagai cara yang efektif untuk menjaga persatuan di antara negara bagian yang memiliki perbedaan ukuran dan kepentingan.

Dengan sistem ini, kandidat presiden harus memperhatikan suara dari seluruh negara bagian, termasuk yang lebih kecil dan kurang padat penduduknya, agar bisa memenangkan Electoral College.(in-ces)