Jakarta,SwaraRakyat – Lagi-lagi, politikus terendus mencoba menunggangi program rakyat. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, blak-blakan mengaku ada seorang politikus yang nekat mengirim pesan lewat WhatsApp, minta “jatah” dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG),27 September 2025.
Nanik geram. “Dia politikus. Saya jawab, ‘Eh, kamu bukannya bantu malah minta dapur.’ Langsung saya block, block, block!” katanya. Sikapnya seakan menjadi tamparan keras: jangan main-main dengan program yang menyangkut nyawa rakyat kecil.
Apa yang diungkap Nanik bukan sekadar cerita iseng. Program MBG, yang seharusnya jadi urat nadi pemenuhan gizi anak-anak Indonesia, justru diintip sebagai ladang baru untuk kuasa dan keuntungan. Mental “jatah” masih bercokol di tubuh politik.
Ironis, jabatan yang hanya lima tahunan dipakai segelintir orang untuk mengatur-atur dapur rakyat. Sementara rakyat kecil, yang seharusnya jadi penerima manfaat, malah jadi korban ketika SOP diabaikan. Fakta Keras di Lapangan:
- 45 dapur MBG terciduk tak patuh standar.
- 40 dapur sudah dipaksa tutup.
- Evaluasi melibatkan tim independen, Polri, hingga BIN.
Ini bukan sekadar angka. Di baliknya ada anak-anak yang muntah, diare, hingga masuk rumah sakit akibat dapur abal-abal yang lebih mementingkan tender ketimbang kesehatan.
“Politikus lagi yang bikin onar.” Ungkapan ini bukan keluhan kosong. Publik sudah terlalu sering melihat program sosial jadi bancakan elite. Yang paling getir, rakyat hanya dijadikan objek, sementara yang di atas rebutan proyek.
Jika mental ini tak dihentikan, program MBG hanya akan jadi mesin pencitraan, bukan penyelamat gizi. Publik mesti waspada, jangan biarkan dapur rakyat berubah jadi dapur politik.(sang)













