Opini  

Ketergantungan Impor Daging Sapi : tantangan dan Dampaknya

Seiring dengan meningkatnya permintaan daging sapi di Indonesia, negara-negara pemasok utama turut berperan besar dalam memenuhi kebutuhan domestik.

Berdasarkan data impor daging sapi dari tahun 2018 hingga 2023, dapat dilihat bahwa Indonesia semakin bergantung pada negara-negara luar untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang.

Pada tahun 2018, India dan Australia menjadi dua negara pemasok utama, dengan India menyuplai 67.750 ton dan Australia 79.634 ton. Seiring berjalannya waktu, kontribusi kedua negara ini semakin besar. Pada tahun 2023, India mengirimkan 104.204 ton daging sapi, sementara Australia menyuplai 112.601 ton, menjadikan keduanya sebagai pemasok utama yang mengisi kekurangan pasokan domestik Indonesia.

Peningkatan impor dari kedua negara ini tentu mencerminkan permintaan domestik yang tak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Selain itu, lonjakan permintaan ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan populasi, perubahan pola konsumsi, dan peningkatan daya beli masyarakat.

Namun, ada juga beberapa negara lain yang berperan dalam menyuplai daging sapi ke Indonesia meskipun kontribusinya lebih kecil.

Negara-negara seperti Brasil, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Spanyol menunjukkan tren yang bervariasi. Brasil, misalnya, menyuplai 5.941 ton pada 2018 dan terus meningkat hingga mencapai 13.693 ton pada 2022.

Sementara itu, Amerika Serikat mengalami fluktuasi dalam pasokan, dari 6.406 ton pada 2018 menjadi 6.361 ton pada 2023, mencerminkan stabilitas pasokan yang tidak terlalu besar. Selandia Baru yang sebelumnya menyuplai 2.080 ton pada 2019, mengalami penurunan signifikan hingga hanya 525,7 ton pada 2023. Penurunan ini bisa dipengaruhi oleh faktor kebijakan ekspor atau perubahan dalam demand dan supply global.

Selain negara-negara besar pemasok tersebut, ada juga kategori “lainnya” yang mencatatkan angka yang tidak bisa dianggap remeh. Pada tahun 2023, pasokan daging sapi dari kategori lainnya tercatat 2.389 ton.

Meskipun angka ini relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara utama, tetap menunjukkan bahwa Indonesia mencari keberagaman sumber pasokan untuk mengurangi risiko ketergantungan pada beberapa negara tertentu.

Kenaikan signifikan pada impor daging sapi, dengan total mencapai 238.433,6 ton pada 2023, jelas menunjukkan bahwa permintaan domestik yang tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri terus mendesak.

Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia terus meningkat, sementara sektor peternakan dalam negeri belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Hal ini membuat Indonesia semakin mengandalkan impor untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.

Peningkatan impor ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan terkait ketergantungan yang semakin tinggi pada pasokan luar negeri. Meskipun dalam jangka pendek, impor bisa menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan pasokan, namun ketergantungan ini menimbulkan risiko dalam jangka panjang.

Ketika pasokan dari negara-negara pemasok utama terganggu—misalnya karena kebijakan ekspor yang berubah atau gangguan rantai pasokan global—Indonesia bisa menghadapi lonjakan harga yang signifikan dan ketidakstabilan pasokan.

Oleh karena itu, untuk menjaga ketahanan pangan jangka panjang, pemerintah perlu memprioritaskan penguatan sektor peternakan domestik. Salah satunya dengan memberikan insentif kepada peternak lokal dan meningkatkan efisiensi produksi daging sapi dalam negeri.

Jika tidak, Indonesia akan terus menghadapi ancaman ketergantungan pada pasokan luar negeri, yang dapat berdampak pada kestabilan harga dan ketahanan pangan nasional. Kedepannya, langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada impor perlu menjadi fokus utama guna mencapai kemandirian pangan yang lebih berkelanjutan.

 

Penulis Dadan K Ramdan adalah Pegiat Pangan tinggal di Purwakarta Jawa Barat.