Bisnis  

Mengenal Maya Kusmaya, Sang Maestro Korupsi Pertamax Rasa Pertalite

SWARARAKYAT.COM – Beberapa hari ini, nama Maya Kusmaya menjadi pembicaraan publik hingga tranding dibeberapa media sosial. Wajahnya wara-wiri diberbagai media.

Publik dikejutkan dengan terobosan Maya Kusmaya yang mengoplos Bahan Bakar Minyak (BBM) RON 88 dan 92 dijadikan Pertamax.

Lantas siapakah Maya Kusmaya?

Maya Kusmaya adalah putra terbaik Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia lulusan terbaik Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Norwegian of University Science and Technology (NTNU).

Maya dikenal sebagai akademisi ulung dikalangan kampus dan sebagai profesional terkemuka.

Karirnya makin bersinar di dunia bisnis minyak. Terobosan demi terobosan dilakukan Maya dan koleganya.

Mulai dari minyak ramah lingkungan, hingga minyak dengan oktan tinggi.

Puncaknya, Maya dan koleganya melakukan terobosan baru dengan mencampur minyak RON 88 dan RON 92, dan mengklaim sebagai Pertamax.

Pertamax yang beredar di pom bensin sejak tahun 2018 hingga 2023 diduga merupakan oplosan yang dilakukan Maya dan koleganya.

Tentu saja hal itu merugikan konsumen Pertamax. Para konsumen dikecewakan dengan kwalitas BBM Pertamax tersebut yang setara dengan Pertalite.

Kerugian konsumen akibat Pertamax oplosan tersebut mencapai Rp17,4 triliun per-tahun.

Kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023 ini merugikan negara Rp193,7 triliun pertahun.

Kejaksaaan Agung (Kejagung) menyebut angka kerugian negara itu berlangsung selama lima tahun. Hingga kerugian diperkirakan Rp968,5 triliun.

Bahkan menurut Kejagung, nilai tersebut bisa lebih hingga mencapai Rp17 kuadtrliun.

“Kemarin yang sudah disampaikan dirilis itu Rp193,7 triliun, itu tahun 2023. Makanya, kita sampaikan, secara logika hukum, logika awam, kalau modusnya itu sama, ya berarti kan bisa dihitung, berarti kemungkinan lebih,” terang Harli Siregar, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung dikutip Kompas (27/2).

Kasus ini tengah menjadi buah bibir dikalangan masyarakat. Hingga saat ini tengah dalam proses penanganan. (Ren)