Opini  

Mensikapi Harga Pangan Jelang Ramadan 2025

Menjelang Ramadan 2025, isu kenaikan harga pangan kembali menjadi perhatian publik. Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan suci ini seringkali diwarnai dengan fluktuasi harga bahan pokok, terutama komoditas seperti beras, minyak goreng, gula, daging ayam, dan cabai.

Fenomena ini tidak hanya menjadi tantangan bagi masyarakat, tetapi juga bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan nasional.

Rujukan Harga Terkini (2024).

Berdasarkan pemantauan harga pangan terkini yang dilaporkan oleh berbagai media domestik, terlihat bahwa harga beberapa komoditas pokok mengalami fluktuasi signifikan menjelang Ramadan 2025. Kompas (2024) Hasil pantauan terakhir nya di tahun 2024 menunjukkan bahwa harga cabai rawit saat ini mencapai Rp 80.000–Rp 100.000 per kilogram, sementara bawang merah dijual sekitar Rp 40.000–Rp 50.000 per kilogram.

Media Indonesia (2024) juga mencatat bahwa harga beras medium, salah satu komoditas paling vital, saat ini berkisar antara Rp 12.000–Rp 14.000 per kilogram. Kenaikan ini dipicu oleh distribusi yang tidak merata dan keterbatasan stok di beberapa daerah.

Selain itu, Kontan (2024) menyampaikan bahwa harga beras medium saat ini berkisar antara Rp 12.000–Rp 14.000 per kilogram, sedangkan gula pasir dijual sekitar Rp 16.000–Rp 18.000 per kilogram. Kenaikan ini terjadi karena produksi gula domestik belum mampu memenuhi permintaan yang tinggi, sehingga pemerintah terpaksa melakukan impor untuk menstabilkan harga. Sementara itu, harga minyak goreng curah, yang menjadi bahan pokok penting dalam memasak, berada di kisaran Rp 15.000–Rp 18.000 per liter.

Republika (2024) menyoroti bahwa fluktuasi harga minyak goreng ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global.

Di sisi lain, CNN Indonesia (2024) menyampaikan bahwa harga daging ayam ras saat ini berkisar antara Rp 35.000–Rp 40.000 per kilogram, harga minyak goreng curah saat ini berada di kisaran Rp 15.000–Rp 18.000 per liter, sementara daging ayam ras dijual sekitar Rp 35.000–Rp 40.000 per kilogram. Kenaikan harga daging ayam ini disebabkan oleh peningkatan biaya pakan ternak dan tingginya permintaan menjelang Ramadan.

Detik.com (2024) juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan panic buying atau menimbun bahan pangan, karena hal tersebut dapat memperburuk situasi dan memicu kenaikan harga lebih lanjut.

Tanggapan berbagai Media.

Berdasarkan laporan dari Kompas (2024), kenaikan harga pangan jelang Ramadan dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya peningkatan permintaan yang signifikan, distribusi yang tidak merata, serta keterbatasan pasokan di beberapa daerah.

Lonjakan harga terutama disebabkan oleh keterbatasan pasokan akibat cuaca ekstrem dan peningkatan permintaan yang signifikan.

Media Indonesia (2024) juga mencatat bahwa cuaca ekstrem, seperti musim hujan yang berkepanjangan, turut memengaruhi produktivitas pertanian, sehingga pasokan bahan pangan menjadi terhambat.

Di sisi lain, Kontan (2024) melaporkan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan. Langkah-langkah seperti operasi pasar, pengawasan distribusi, dan impor bahan pokok diharapkan dapat menstabilkan harga. Namun, upaya ini seringkali menuai pro dan kontra. Sebagian masyarakat menilai bahwa impor bahan pangan justru dapat merugikan petani lokal, seperti yang terjadi pada komoditas beras dan gula.

Republika (2024) mengutip pernyataan sejumlah petani yang merasa bahwa kebijakan impor seringkali tidak sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan mereka.

Terkait hal ini, CNN Indonesia (2024) mengangkat suara para ekonom yang menyarankan perlunya reformasi struktural dalam sektor pertanian dan logistik. Mereka menekankan pentingnya investasi dalam teknologi pertanian, peningkatan infrastruktur distribusi, serta penguatan sistem cadangan pangan nasional. Tanpa langkah-langkah tersebut, masalah kenaikan harga pangan jelang Ramadan akan terus berulang setiap tahun. Masyarakat diharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi situasi ini.

Detik.com (2024) mengimbau agar konsumen tidak melakukan panic buying atau menimbun bahan pangan, karena hal tersebut justru dapat memperburuk situasi. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dinilai krusial untuk menciptakan stabilitas harga pangan.

Secara umum, isu harga pangan jelang Ramadan 2025 merupakan tantangan kompleks yang memerlukan sinergi dari berbagai pihak. Pemerintah perlu mengambil langkah proaktif dan transparan, sementara masyarakat diharapkan dapat bersikap rasional dalam menghadapi fluktuasi harga. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan Ramadan 2025 dapat berjalan dengan lancar tanpa beban ekonomi yang memberatkan masyarakat.

Secara umum, data harga terkini menunjukkan bahwa stabilitas harga pangan jelang Ramadan 2025 memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan kenaikan harga dapat dikendalikan sehingga tidak memberatkan masyarakat.

 

Content analist : Dadan K Ramdan dan team, Penulis adalah Pegiat Pangan tinggal di Purwakarta Jawa Barat

Sumber Informasi :

1. Kompas (2024) – Laporan harga cabai rawit dan bawang merah.

2. Media Indonesia (2024) – Analisis harga beras medium.

3. Kontan (2024) – Data harga gula pasir dan minyak goreng curah.

4. Republika (2024) – Tinjauan fluktuasi harga minyak goreng.

5. CNN Indonesia (2024) – Laporan harga daging ayam ras.

6. Detik.com (2024) – Imbauan kepada masyarakat terkait panic buying.